1-09-2025
Pendahuluan
Di Indonesia, istilah pelet Jaran Goyang bukan hal asing lagi. Hampir semua orang pernah mendengar istilah ini, entah dari cerita rakyat, film horor, bahkan dari lagu dangdut koplo yang sempat viral. Banyak yang menganggapnya sebagai salah satu ilmu pelet paling legendaris, karena dipercaya bisa membuat seseorang jatuh cinta secara paksa, tergila-gila, bahkan tidak bisa tidur sebelum bertemu orang yang mengamalkan ilmu ini.
Namun, di balik popularitasnya, masih banyak yang tidak tahu asal-usul, makna, hingga pandangan agama mengenai Jaran Goyang. Apakah benar ilmu ini nyata? Bagaimana sejarahnya dalam tradisi Jawa? Apakah diperbolehkan dalam Islam? Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang pelet Jaran Goyang dari sisi budaya, mistik, hingga moralitas.
Asal-Usul Jaran Goyang
1. Dari Tanah Banyuwangi
Pelet Jaran Goyang diyakini berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur, sebuah daerah yang terkenal sebagai pusat ilmu kejawen, mistis, dan spiritualitas. Banyuwangi sejak dulu dikenal sebagai tanah para dukun sakti, sehingga banyak tradisi mistis Jawa lahir dari sana.
2. Arti Nama “Jaran Goyang”
Secara harfiah, Jaran Goyang berarti “kuda yang bergoyang”. Nama ini diambil dari gerakan kuda yang sedang menari atau bergerak lincah, yang menjadi simbol “goyahnya hati seseorang” karena pengaruh pelet. Maksudnya, target pelet akan dibuat gelisah, hatinya goyah, dan pikirannya tidak tenang jika tidak bertemu dengan si pengamal ilmu.
3. Hubungan dengan Kejawen
Dalam tradisi kejawen, ilmu pelet bukan sekadar alat pemikat, tapi juga bagian dari praktik spiritual. Ada laku tertentu, doa, dan ritual yang harus dijalani. Jaran Goyang dianggap sebagai salah satu ilmu tingkat tinggi yang hanya bisa diamalkan oleh orang yang benar-benar menjalani tirakat.
Tujuan & Khasiat yang Diyakini
Para penganut kejawen percaya bahwa Jaran Goyang memiliki khasiat luar biasa dalam urusan asmara. Beberapa manfaat yang diyakini antara lain:
-
Memikat hati lawan jenis secara instan.
-
Membuat target selalu teringat pada si pengamal ilmu.
-
Menimbulkan rasa gelisah, rindu, dan tidak bisa tidur kalau tidak bertemu.
-
Bisa membuat target menuruti keinginan pengamalnya.
Dalam masyarakat tradisional, Jaran Goyang sering digunakan oleh orang yang ditolak cintanya, atau oleh suami/istri yang ingin mengikat pasangan agar tidak berpaling.
Ritual & Mantra Jaran Goyang
1. Ritual Tradisional
Secara turun-temurun, pelet Jaran Goyang dilakukan dengan serangkaian ritual, misalnya:
-
Puasa mutih (hanya makan nasi putih dan air putih).
-
Membaca mantra khusus dengan jumlah bilangan tertentu.
-
Menggunakan media sesajen seperti kembang, dupa, atau minyak wangi.
2. Mantra Jaran Goyang
Dalam praktik tradisional, mantra dibaca untuk menghubungkan energi batin dengan target. Isinya berupa doa dalam bahasa Jawa kuno, yang dipercaya dapat menundukkan hati seseorang.
Namun, dalam pandangan agama Islam, penggunaan mantra semacam ini dianggap bagian dari sihir yang dilarang.
3. Simbolisme Gerakan
Nama Jaran Goyang juga dikaitkan dengan kesenian Banyuwangi, yaitu tari Jaran Goyang yang menggambarkan seekor kuda yang menari lincah. Gerakan tarian ini kemudian dianalogikan dengan “bergoyangnya hati seseorang” karena terkena pelet.
Pandangan Agama & Moralitas
1. Pandangan Islam
Dalam Islam, segala bentuk pelet, sihir, dan guna-guna dilarang keras. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa sihir termasuk salah satu dosa besar yang bisa mengeluarkan pelakunya dari rahmat Allah.
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu mempercayai ucapannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ahmad)
Karena itu, meskipun pelet Jaran Goyang diyakini ampuh oleh sebagian orang, dalam Islam ia termasuk perbuatan haram dan tidak boleh diamalkan.
2. Pandangan Moral
Dari sisi moralitas, pelet Jaran Goyang juga dianggap tidak etis. Cinta sejati seharusnya lahir dari kerelaan hati, bukan karena paksaan energi gaib. Hubungan yang dibangun dengan dasar pelet biasanya rapuh dan tidak sehat.
Jaran Goyang dalam Budaya Populer
1. Lagu Jaran Goyang
Popularitas Jaran Goyang semakin meluas ketika muncul lagu dangdut koplo berjudul “Jaran Goyang”. Lagu ini viral di berbagai daerah, meski isinya sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan ilmu pelet, melainkan hanya menggunakan istilah tersebut sebagai metafora cinta.
2. Cerita Rakyat & Kesenian
Selain lagu, istilah Jaran Goyang juga hidup dalam cerita rakyat Banyuwangi. Ada kisah tentang dukun-dukun sakti yang mampu menundukkan hati lawan jenis dengan pelet ini.
Kesenian tari Jaran Goyang pun menjadi bagian dari identitas budaya Banyuwangi, yang masih sering dipentaskan hingga sekarang.
Kesimpulan
Pelet Jaran Goyang adalah salah satu warisan budaya mistis dari Banyuwangi yang sarat makna. Ia mencerminkan betapa kayanya tradisi kejawen dalam mengaitkan cinta, mistik, dan seni.
Namun, dari sisi agama Islam, praktik ini tidak dibenarkan karena termasuk sihir. Dari sisi moral pun, mengikat cinta seseorang dengan pelet bukanlah cara yang sehat.
Jaran Goyang bisa kita hargai sebagai bagian dari khazanah budaya, tapi untuk urusan cinta, jalan terbaik tetaplah kejujuran, ketulusan, dan doa kepada Allah.
