Antara Sukma Nurani dan Sukma Dhulmani

25-08-2025

Antara Sukma Nurani dan Sukma Dhulmani

Dalam pandangan para sufi, manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Keistimewaan manusia bukan hanya karena ia khalifah di bumi, tetapi juga karena dirinya merupakan cerminan sifat-sifat Allah yang paling lengkap.

Jasad manusia hanyalah wadah. Hakikat manusia sesungguhnya terletak pada ruh, jiwa, akal, dan hati nurani.

Ruh dan Jiwa

  • Ruh berasal dari Allah, selalu suci, dan menjadi sumber akhlak mulia.

  • Jiwa (nafs) bersifat ganda: bisa condong pada kebaikan atau keburukan. Para ulama membaginya menjadi:

    1. Jiwa Ammarah → tunduk pada hawa nafsu, cenderung pada kejahatan.

    2. Jiwa Lawwamah → berjuang melawan keburukan, sering menyesali kesalahan.

    3. Jiwa Muthmainnah → tenang, bersih, penuh ketakwaan, dan diridai Allah.

Perjuangan manusia terletak pada mengendalikan jiwa agar naik ke derajat muthmainnah, yang selalu berhubungan dengan ruh.

Akal

Akal adalah daya berpikir. Filosof menilai kesempurnaan manusia dicapai lewat pengetahuan akal (ma’rifat aqliyah). Namun, para sufi menganggap akal saja tidak cukup; hati nurani lebih penting sebagai pintu menuju pengenalan Allah.

Hati Nurani dan Hati Dhulmani

  • Hati nurani (qalb) adalah pusat rasa spiritual, cermin yang bisa memantulkan cahaya Allah. Jika hati bersih dari hawa nafsu, ia menjadi sumber ma’rifat (pengetahuan ilahi).

  • Hati dhulmani adalah hati yang kotor, dikuasai nafsu hewani, dan menjauhkan manusia dari Allah.

Kesempurnaan manusia ditentukan oleh pertarungan keduanya. Firman Allah menegaskan: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya, dan rugilah orang yang mengotorinya.” (QS. 91:8-9).

Jalan Sufi

Bagi sufi, puncak kesempurnaan manusia bukanlah sekadar kecerdasan akal, melainkan kebersihan hati. Hati nurani yang bening diperoleh melalui:

  • Zuhud (hidup sederhana dan menjauh dari cinta dunia),

  • Dzikir yang terus-menerus,

  • Mengganti sifat tercela dengan akhlak terpuji,

  • Mengendalikan hawa nafsu.

Dengan demikian, jalan sufi berporos pada moralitas. Penyakit jasmani hanya menghilangkan kehidupan dunia, sedangkan penyakit hati dapat menghilangkan kehidupan abadi.

Kesimpulan

Hakikat manusia adalah jiwa berakal yang selalu berada di antara tarikan dua kutub: sukma nurani yang suci dan sukma dhulmani yang kotor. Siapa yang berhasil menyucikan hatinya akan mendapat cahaya Allah dan mencapai kebahagiaan sejati.


Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja