“Joko Tingkir dan Lahirnya Kesultanan Pajang: Sejarah yang Terlupakan”

31-08-2025

Pendahuluan

Sejarah Nusantara penuh dengan kisah-kisah besar tentang lahirnya kerajaan-kerajaan Islam di tanah Jawa. Nama-nama seperti Demak, Mataram, Banten, dan Cirebon sering muncul dalam buku sejarah. Namun, ada satu kerajaan yang perannya sangat penting tetapi kerap terlupakan: Kesultanan Pajang.

Di balik lahirnya Pajang, berdiri sosok yang penuh misteri, Joko Tingkir, seorang rakyat biasa yang bertransformasi menjadi seorang raja. Kisahnya memadukan sejarah, politik, mistik, dan legenda. Ia menjadi penghubung penting antara kejayaan Kesultanan Demak dengan kemunculan Kesultanan Mataram.

Artikel ini akan membahas perjalanan hidup Joko Tingkir, proses lahirnya Kesultanan Pajang, serta mengapa sejarahnya seakan tenggelam dan dilupakan.


Bab 1 – Asal Usul Joko Tingkir

Nama asli Joko Tingkir adalah Mas Karebet. Ia lahir di desa Tingkir, dekat wilayah Boyolali, Jawa Tengah. Julukan “Joko Tingkir” merujuk pada kampung halamannya.

Menurut Babad Tanah Jawi, Mas Karebet adalah cucu dari Ki Ageng Tingkir, seorang tokoh penting dan bangsawan yang masih punya hubungan darah dengan kerajaan-kerajaan lama di Jawa. Dari sinilah ia mewarisi darah biru, meski sejak kecil hidup sederhana.

Ibunya dikenal salehah dan taat agama, sedangkan ayahnya meninggal ketika Karebet masih kecil. Sejak kecil, ia dikenal sebagai anak yang keras kepala, penuh keberanian, namun juga memiliki kecerdikan luar biasa.


Bab 2 – Masa Muda: Dari Santri Hingga Prajurit

Sejak kecil, Karebet diasuh oleh Ki Ageng Tingkir. Namun, saat remaja, ia dikirim untuk berguru agama pada ulama besar. Salah satu guru yang paling berpengaruh adalah Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Songo.

Di bawah bimbingan Sunan Kalijaga, Joko Tingkir tidak hanya belajar agama Islam, tetapi juga ilmu kepemimpinan, kesaktian, dan kebijaksanaan. Dari sinilah ia mewarisi perpaduan antara ilmu spiritual keislaman dan tradisi kejawen.

Setelah merasa cukup dewasa, ia memutuskan merantau. Ia menuju Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri setelah runtuhnya Majapahit.


Bab 3 – Kisah Mistis & Ilmu Kanuragan Joko Tingkir

Legenda Joko Tingkir selalu dipenuhi cerita mistis. Salah satu kisah yang terkenal adalah saat ia diuji kesaktiannya di sungai. Konon, ia pernah melawan buaya-buaya gaib di Bengawan Solo. Dengan kesaktiannya, ia mampu menaklukkan makhluk itu dan selamat.

Kisah lain menyebutkan ia memiliki ilmu kekebalan tubuh, serta karisma luar biasa yang membuat orang mudah takluk padanya. Cerita-cerita mistis ini memperkuat citranya sebagai tokoh sakti mandraguna, tipikal pemimpin Jawa pada masa itu.


Bab 4 – Perjalanan di Kesultanan Demak

Demak saat itu adalah kerajaan Islam yang berkuasa di Jawa. Joko Tingkir masuk sebagai abdi di istana dan perlahan meniti karier.

Karisma dan kesaktiannya membuat ia dilirik oleh Sultan Trenggana, penguasa Demak. Tidak hanya itu, Joko Tingkir juga menikahi putri Sultan Trenggana, sehingga statusnya naik menjadi bangsawan istana.


Bab 5 – Konflik Politik di Demak: Perebutan Tahta

Seiring berjalannya waktu, Demak dilanda konflik perebutan kekuasaan setelah wafatnya Sultan Trenggana (1546). Terjadi pertentangan antara pihak keturunan langsung Trenggana dengan pihak lain yang juga merasa berhak atas tahta.

Dalam situasi ini, Joko Tingkir tampil sebagai figur kuat. Dengan dukungan militer dan politik, ia berhasil memenangkan perebutan kekuasaan, meskipun banyak darah tertumpah.


Bab 6 – Joko Tingkir Naik Tahta: Lahirnya Kesultanan Pajang

Setelah berhasil merebut kendali, Joko Tingkir mendirikan pusat kekuasaan baru di daerah Pajang (sekarang dekat Surakarta). Tahun 1549, ia resmi menjadi raja dengan gelar Sultan Hadiwijaya.

Pajang menjadi penerus Demak, sekaligus kerajaan Islam pertama di pedalaman Jawa (sebelumnya pusat kerajaan selalu di pesisir).


Bab 7 – Kehidupan Politik dan Pemerintahan Pajang

Sebagai raja, Sultan Hadiwijaya berusaha menyatukan kekuasaan Islam di Jawa. Ia menunjuk para pejabat penting dari kalangan bangsawan dan santri, menjaga keseimbangan antara tradisi Islam dan budaya Jawa lama.

Pajang berkembang sebagai kerajaan yang stabil, meski tidak sebesar Demak atau Majapahit sebelumnya. Pajang juga menjadi “jembatan sejarah” yang menghubungkan Islam pesisir dengan pedalaman.


Bab 8 – Hubungan Pajang dengan Kesultanan Islam Lain

Sultan Hadiwijaya menjalin hubungan politik dengan kerajaan Islam lain, seperti Banten, Cirebon, dan Mataram. Ia juga menjaga hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di luar Jawa.

Namun, kekuasaan Pajang mulai goyah ketika muncul tokoh-tokoh baru yang lebih ambisius, seperti Danang Sutawijaya dari Mataram (kelak bergelar Panembahan Senopati).


Bab 9 – Intrik & Pemberontakan di Masa Pemerintahan Joko Tingkir

Masa pemerintahan Pajang tidak lepas dari konflik internal. Salah satu yang terkenal adalah pemberontakan Arya Penangsang, yang masih keturunan Demak.

Dengan strategi licik dan aliansi politik, Joko Tingkir berhasil mengalahkannya. Namun, konflik berkepanjangan ini melemahkan stabilitas Pajang.


Bab 10 – Akhir Kehidupan Joko Tingkir

Sultan Hadiwijaya memerintah hingga wafat pada tahun 1582. Sepeninggalnya, Pajang perlahan kehilangan wibawa. Pusat kekuasaan Islam Jawa pun beralih ke Mataram di bawah kepemimpinan Panembahan Senopati.


Bab 11 – Pajang Setelah Joko Tingkir: Jalan Menuju Mataram

Setelah Hadiwijaya wafat, putranya yang bernama Pangeran Benawa sempat naik tahta. Namun, ia tidak memiliki kekuatan politik yang cukup.

Akhirnya, Kesultanan Pajang jatuh ke tangan Mataram, yang kelak menjadi kerajaan terbesar di Jawa setelah Majapahit.


Bab 12 – Jejak Spiritual Joko Tingkir dalam Tradisi Jawa

Selain sebagai tokoh sejarah, Joko Tingkir juga dipandang sebagai tokoh spiritual. Banyak tradisi Jawa menyebutnya sebagai orang sakti yang meninggalkan jejak mistis.

Makamnya hingga kini masih diziarahi, menjadi bagian dari perjalanan spiritual masyarakat Jawa.


Bab 13 – Misteri & Legenda di Sekitar Joko Tingkir

Banyak kisah mistis melekat pada Joko Tingkir, seperti ilmu kekebalan, pertemuannya dengan makhluk gaib, hingga kisahnya menaklukkan buaya putih.

Kisah-kisah ini membuatnya semakin populer dalam cerita rakyat, meski sering bercampur antara sejarah dan mitos.


Bab 14 – Analisis Sejarah: Pajang Sebagai Jembatan Demak–Mataram

Kesultanan Pajang memiliki peran vital:

  • Melanjutkan tradisi Islam dari Demak.

  • Menjadi transisi penting menuju Mataram.

  • Menjadi kerajaan pertama di pedalaman Jawa, bukan di pesisir.

Tanpa Pajang, mungkin Mataram tidak akan lahir sebagai kerajaan besar.


Bab 15 – Mengapa Kesultanan Pajang “Dilupakan”?

Ada beberapa alasan mengapa sejarah Pajang jarang dibicarakan:

  1. Pajang tidak sebesar Majapahit atau Mataram.

  2. Masa pemerintahannya relatif singkat.

  3. Banyak sumber sejarah lebih fokus pada Mataram sebagai kerajaan besar berikutnya.

Namun, peran Pajang tidak bisa diabaikan. Ia adalah “mata rantai penting” dalam sejarah Islam Jawa.


Bab 16 – Relevansi Joko Tingkir di Era Modern

Kisah Joko Tingkir mengajarkan:

  • Bahwa orang biasa pun bisa menjadi besar dengan tekad dan kecerdikan.

  • Pentingnya keseimbangan antara kekuatan spiritual, politik, dan budaya.

  • Bahwa sejarah tidak boleh melupakan tokoh perantara yang membentuk jalannya peradaban.


Penutup

Joko Tingkir adalah simbol perubahan. Dari rakyat biasa ia naik menjadi raja, dari santri ia berubah menjadi penguasa. Kesultanan Pajang yang ia dirikan adalah jembatan penting antara Demak dan Mataram.

Meski namanya tidak sebesar Majapahit atau Mataram, tanpa Pajang sejarah Jawa tidak akan lengkap. Kisah Joko Tingkir adalah pengingat bahwa kadang tokoh “yang terlupakan” justru memegang peranan paling penting.


Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja